Tentu saja kebanyakan orang ingin menjadi trader harian
dengan harapan bisa mendapatkan untung besar dalam waktu yang singkat. Meski
terkadang kenyataan tidak seauai harapan. Menjadi seorang trader harian
menuntut kita untung sering melakukan analisa teknikal, melihat isu-isu atau
berita terhadap saham tertentu, gerakan para bandar.
Namun bagi sebagian orang, menjadi trader harian itu
melelahkan, tapi belum tentu bagi sebagian orang yang lain. Ada yang menikmati
naik turunnya harga suatu emiten dengan hati yang senang.
Pengalaman dan jam terbang membentuk karakter dan pribadi
kita dalam melakukan aktivitas investasi/trading saham, apakah kita harus
menjadi investor/trader yang berpikir kreatif atau berpikir sederhana.
Keluguan dan Kejujuran Warga Samin
Warga samin (suku samin) terkenal dengan keluguan dan
kejujurannya yang seringkali disalahpahami masyarakat umum. Mereka kemudian
dianggap bodoh, tolol, atau bahkan sinting. Meski sesungguhnya sikap dan ucapan
tersebut karena sangat jujur cenderung naif, menangkap sesuatu secara harfiah
dan apa adanya.
Berikut ini adalah cerita berbasis kisah nyata yang beredar
di masyarakat sekitar Blora, Jawa Tengah, yang mengeksplorasi keluguan dan
kejujuran warga samin.
Ajaran Samin sejatinya adalah kejujuran, tidak mencuri,
tidak menebar permusuhan dengan semua makhluk hidup. Tak terkecuali
burung-burung.
Suatu ketika ada anak seorang Samin disuruh menjaga padi di
sawah oleh seorang lain yang bukan dari komunitas Samin. Ketika orang itu datang dan melihat padinya diserbu ratusan
burung pipit dan anak yang disuruh menjaga hanya diam, maka dia marah besar
terhadap anak tersebut.
Namun anak tersebut menjawab, "Aku ki mung dikongkon
jaga sawah, ora dikongkon ngusir manuk. (Saya hanya disuruh menjaga sawah bukan
mengusir burung)," kata si anak Samin.
Lain hari ada cerita lagi.
Karena sangat akrab dengan alam, orang-orang Samin di masa
lalu tak pernah mau memetik buah apa pun sebelum jatuh. Termasuk buah kelapa,
meski sejatinya buah kelapa itu sudah layak dipetik.
Selain itu, mereka tak pernah menaruh prasangka kepada orang
lain, sehingga selalu siap membantu. Bahkan kepada orang yang tak dikenalnya,
ia akan membantu. Kecuali satu hal, merusak alam.
Suatu hari ada pedagang kelapa datang ke perkampungan Samin.
Ia hendak membeli kelapa, namun tidak ada. Maka, ia menyuruh seorang anak Samin
untuk memetiknya agar bisa dibeli.
"Kowe menek klapa ya. (kamu manjat kelapa ya),"
kata si pedagang.
"Ora iso (nggak bisa)," jawab si anak samin.
"Lah apa (mengapa)?" tanya si pedagang.
"Klapa kok dipenek. Sing iso dipenek kuwi wit klapa (kelapa
kok dipanjat. Yang bisa dipanjat itu pohon kelapa)," jawab si anak samin.
"Oh ngapurane ya. Ya wis tulung menek wit klapa (oh
maaf ya. Ya udah sekarang tolong manjat pohon kelapa ya)," kata si
pedagang.
Maka si anak Samin itu bergegas menuju ke sebatang pohon
kelapa. Dengan cekatan ia memanjat ke atas. Melihat hal itu, si pedagang
tersenyum.
"Sak jam maneh aku mrene. Tak muter dhisik(Sejam lagi
saya ke sini lagi. Saya mau keliling dulu)," kata si pedagang.
Satu jam kemudian, si pedagang kembali ke tempat semula. Ia
heran tak ada kelapa yang sudah dipetik. Si anak Samin juga tak kelihatan.
Ternyata ia sedang asyik tiduran di pelepah daun kelapa yang cukup besar.
"Lah apa kowe neng kana? Kok ora ngopek klapa, ora
mudhun? Kebangeten nemen goblogmu (Mengapa kamu masih di situ tanpa memetik
kelapa. Juga tidak turun? Kebangetan sekali ketololanmu)" teriak si
pedagang.
"Aku mau kon menek wit klapa. Ora kon ngopek klapane.
Aku kon menek njur mbok tinggal, ora dikongkon mudhun. Sing kebangeten ki sopo?
(Saya tadi disuruh manjat pohon kelapa. Nggak disuruh memetik kelapanya. Juga
nggak disuruh turun. Kalau seperti itu, yang kebangetan siapa?)" si anak
menjawab.
Cerita-cerita berbasis pengalaman orang-orang berinteraksi
dengan itu hingga kini masih beredar dan hidup di masyarakat sebagai folklor
wong samin. Cerita-cerita itu menunjukkan adanya konsistensi antara ucapan dan
tindakan warga Samin.
Ketika Orang Madura Mengukur Tinggi Pohon
Cerita ini adalah guyonan yang penulis dapat dari seorang
teman.
Pada suatu ketika Presiden Ke-3 RI yaitu Pak Habibie
melakukan kunjungan kerja ke pulau Madura. Karena banyak pohon kelapa, Pak
Habibie ingin melakukan tes pengetahuan tentang ilmu fisika terhadap warga
Madura. Tapi tidak ada hadiah sepeda seperti sekarang. :)
Pak Habibie bertanya kepada warga Madura yang hadir pada
acara kunjungan tersebut, "Bapak Ibu sekalian, saya ingin bertanya,
kira-kira bagaimana cara Bapak Ibu mengukur dan mengetahui tinggi pohon kelapa
di samping saya ini?.
Salah satu yang hadir menjawab, "Sungguh mudah kalau
itu, Bapak Presiden. Saya tinggal bawa roll meteran, kemudian saya panjat, saya
julurkan roll meteran ke bawah sampai mentok dan teman saya yang berda di bawah
tinggal mencatat angkanya".
Presiden Habibie tanya kembali, "Oh, begitu ya?
Bukannya lebih mudah kalau pohon kelapanya ditebang, kemudian dibaringkan dan
diukur. Nanti ketahuan ukurannya."
Warga Madura tadi menjawab, "Oh, kalau begitu salah
Bapak Presiden, khan Bapak Presiden tanya TINGGI pohon kelapa, bukan tanya
PANJANG pohon kelapa".
Pak Habibie tersenyum geli sendiri.
Ketika Seseorang Merasa Cukup
Dalam suatu kelas/workshop saham, penulis bertemu seorang
trader pemula yang diajarkan bahwa untuk trading harian target profitnya cukup
1% net per hari.
Pernah suatu kali disampaikan sinyal sebuah emiten yang kuat
sekali untuk naik (up). Harga target yang diberikan adalah berpotensi profit
hingga 8% dalam hari itu. Dan benar-benar jadi kenyataan bahwa target profit 8%
benar-benar tercapai.
Di luar dugaan, sang trader pemula sudah menjual pada saat
profit 1.6% dan sudah mendapat keuntungan hari itu sebesar 1% net.
Ketika ditanya kenapa dijual cepat, dengan santai sang
trader pemula menjawab, "Khan targetnya 1% per hari, ya sudah, mau ngapain
lagi?".
Jawaban singkat yang "menampar" para trader
pengalaman yang ada di situ.
Berpikir Kreatif atau Berpikir Sederhana?
Orang samin, orang madura dan sang trader pemula di atas
adalah contoh orang-orang yang mempunyai pola pikir sederhana. Tidak perlu
berpikir rumit untuk sesuatu yang perlu dilakukan.
Bagi Pak Habibie, mengukur kelapa dengan menebangnya lebih
dahulu adalah berpikir kreatif dan itu sah-sah saja. Toh, akhirnya hasilnya
juga sama.
Dalam investasi saham, apakah kita akan berpikir kreatif
atau berpikir sederhana itu adalah sebuah pilihan. Karena, xara menggunakan
indikator sama, cara membaca laporan keuangan sama, cara Buy dan Sell juga
sama.
Bagi seorang trader harian mungkin akan lebih senang
berpikir sederhana, dengan urutan buy, cuan, sell dengan target net profit 1%
per hari. Sudah sangat lebih cukup dibanding bunga deposito.
Berbeda bagi seorang value investor. Seorang value investor
senang untuk berpikir kreatif. Melihat analisa laporan keuangan adalah seni
serba kemungkinan. Otak dituntut untuk bisa menyimpulkan yang akhirnya menjadi
sebuah keputusan investasi.
Dua kesimpulan paragraf terakhir adalah kesimpulan penulis
dalam mengamati perilaku para investor dan trader saham. Bisa jadi dua
kesimpulan di atas tidak sepenuhnya benar karena semua serba relatif tergantung
keadaan, tapi tidak ada salahnya dicoba.
Oleh: Don Cuan
Seorang trader saham dan forex, investor saham, pemahat kata, pecandu rindu, penikmat kopi, dan pemburu senja. Dapat dihubungi melalui akun telegram: @sahamania.
0 Komentar