Mendengar kata inflasi biasanya kita akan terlintas kenaikan harga
kebutuhan pokok, sandang, pangan serta berbagai komoditi kebutuhan hidup
lainnya.
Apa sih sebenarnya inflasi itu?
Apa sih sebenarnya inflasi itu?
Mengenal Tentang Inflasi Itu Sendiri
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai kenaikan harga secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi
adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu
menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi
masyarakat.
Dari data Badan Pusat Statistis (BPS) dan Bank Indonesia (BI) didapatkan
Angka inflasi Tahunan Umum Indonesia selama 10 tahun terakhir (2008 - 2017)
berkisar di angka +5.5%.
Dengan laju infasi terbesar ada di tahun 2008 berdasarkan data
Badan Pusat Statistik (BPS) dimana tercatat inflasi dari Januari 2008 sampai
dengan Juli 2008 sebesar 8,85 persen dan inflasi year on year periode Juli
(2007-2008) sebesar 11,9 persen.
Inflasi dapat timbul karena adanya tekanan dari sisi penawaran
(cost push inflation), dari sisi permintaan (demand pull inflation), dan dari
ekspektasi inflasi.
Faktor-faktor pendorong terjadinya cost push inflation dapat
disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama
negara-negara partner dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur
pemerintah (administered price, seperti bahan bakar minyak (BBM), tarif dasar listrik (TDL), tarif telepon, cukai rokok,
dan tarif angkutan), dan terjadi negative supply shocks, seperti gagal panen
dan langkanya komoditi tertentu akibat bencana alam dan terganggunya
distribusi.
Hal-hal tersebut otomatis akan membuat biaya produksi naik dan
harga-harga melejit.
Faktor penyebab terjadi demand pull inflation adalah tingginya
permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Dalam konteks
makroekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output riil yang melebihi output
potensialnya atau permintaan total (agregate demand) lebih besar dari pada
kapasitas perekonomian. Dengan kata lain, banyaknya uang beredar di masyarakat
yang melebihi jumlah produksi barang dan jasa merupakan pemicu inflasi jenis
ini.
Inflasi Tidak Hanya Kebutuhan Pokok dan Komoditas Saja
Tapi tahukan anda di luar banyak faktor penyebab serta pendukung yang telah saya sebutkan di atas sebenarnya ada satu lagi jenis inflasi yang tidak kalah menakutkan dari sisi perekonomian masyarakat?
Inflasi ini tidak secara langsung terkait dengan kondisi makro
ekonomi namun dampaknya bisa dirasakan oleh segenap lapisan masyarakat.
Pernah tidak kita mendengar berita di suratkabar, media masa dan media sosial tentang permasalahan putus sekolah di kalangan remaja dan anak-anak negeri ini ?
Sering ya, bahkan terlalu sering
Apa kira-kira yang menjadi penyebab semua itu ?
Tak lain dan tak bukan adalah Inflasi Biaya Pendidikan. Dari beberapa data yang berhasi saya himpun terungkap bahwa Inflasi Biaya Pendidikan di Indonesia relatif paling besar jika dibandingkan dengan kondisi serupa di negara-negara lain. Inflasi biaya pendidikan di Indonsia berkisar antara 10-20% denga rata-rata inflasi biaya pendidikan tinggi sebesar 15.5% per tahun.
Ini belum termasuk biaya-biaya hidup pendukung guna menunjang pendidikan tentunya. Ambil contoh biaya buku, biaya penelitian, skripsi, praktikum, fotocopy, biaya kost/asrama, biaya telpon/pulsa dan uang saku bulanan.
Setelah membaca uraian singkat di atas kira-kira apa yang
terlintas di dalam pikiran kita sebagai orang tua?.
Ya, tingginya biaya pendidikan plus inflasi/ kenaikan biaya pendidikan setiap tahun nya adalah salah satu momok yang cukup menakutkan di kalangan orang tua di negeri ini.
Lantas apa solusi untuk menghadapi tingginya biaya pendidikan seperti ini?. Tidak lain dan tidak mungkin kita sebagai orang tua harus mempersiapkan biaya pendidikan bagi anak-anak kita sedini mungkin dengan cara Investasi.
Tabel Perkiraan Biaya Pendidikan
Investasi Yang Tepat Untuk Melawan Inflasi
Kira-kira investasi apa yang sanggup menahan dan bahkan bisa mengalahkan inflasi biaya pendidikan sebesar 10-20% tadi?.Tentunya harus kita hadapi dengan investasi dengan imbal balik yang lebih besar dari nilai inflasi yang ada. Terus, apakah ada instrumen investasi dengan imbal balik melampaui inflasi pendidikan?.
Ada, yaitu investasi saham.
Dari statistik data IHSG th 2007 - 2018 di bawah ini tercatat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tumbuh sebesar +281.85% dalam kurun waktu 11 tahun. Itu artinya setiap tahun IHSG tumbuh sekitar +25.6%. Nah, dengan imbal balik rata sekitar +24 s.d 25% per tahun seperti ini diharapkan kita sebagai orang tua bisa mempersiapkan rencana pendidikan bagi anak-anak kita sedini mungkin. Caranya cukup dengan menabung rutin di saham-saham dengan imbal balik minimal +24 s.d 25% sesuai dengan parameter IHSG.
Dari statistik data IHSG th 2007 - 2018 di bawah ini tercatat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tumbuh sebesar +281.85% dalam kurun waktu 11 tahun. Itu artinya setiap tahun IHSG tumbuh sekitar +25.6%. Nah, dengan imbal balik rata sekitar +24 s.d 25% per tahun seperti ini diharapkan kita sebagai orang tua bisa mempersiapkan rencana pendidikan bagi anak-anak kita sedini mungkin. Caranya cukup dengan menabung rutin di saham-saham dengan imbal balik minimal +24 s.d 25% sesuai dengan parameter IHSG.
Pertanyaan terakhir : Sudahkah kita mempersiapkan investasi
pendidikan bagi buah hati tercinta dengan cara menabung saham?.
Jika belum, kita belum terlambat. Caranya dengan mulai
sekarang, mulai hari ini juga dan secara rutin kita menabung sejumlah dana
tertentu di saham.
Selamat mencoba dan sukses selalu!!!
Selamat mencoba dan sukses selalu!!!
Oleh: Don Cuan
Seorang trader saham dan forex, investor saham, pemahat kata, pecandu rindu, penikmat kopi, dan pemburu senja. Dapat dihubungi melalui akun telegram: @sahamania.
0 Komentar