Dalam beberapa diskusi, masih banyak yang
mempertanyakan mengapa harus menabung saham? Saat ini orang-orang
memang masih terbiasa menabung secara konvesional. Tidak selalu buruk memang. Namun, mari kita
lihat kembali hitung-hitungan menabung uang secara konvensional.
Hitung-hitungannya bisa berdampak rugi
bagi nasabah bank jika jumlah simpanan yang mengendap tidak terlalu besar. Bahkan
pernah ada simulasi pada salah satu bank plat merah. Untuk menjaga agar nilai
tabungan tetap atau bertumbuh, minimal harus mempunyai saldo mengendap sekitar
23 juta rupiah.
Bunga dari saldo mengendap 23 juta tadi sanggup untuk menutup biaya
administrasi tabungan, biaya operasional transfer dan pembayaran, dan biaya
beban administrasi lainnya.
Belum lagi aset kita yang lain berkurang karena penyusutan-penyusutan aset
di luar tabungan seperti kendaraan, smartphone, laptop, komputer, dan lain-lain.
Bisa dibayangkan betapa tergerusnya aset kita.
Gambaran Depresiasi atau Penyusutan Aset
Ada sebuah contoh gambaran tentang
penyusutan (depresiasi) aset. Penulis mengambil sebuah contoh sepeda motor
honda Vario tahun 2019.
Sepeda motor Honda Vario 2009 harganya
14 juta jika dibeli secara tunai. Jika dibeli secara kredit dengan uang muka
2.5 juta, untuk cicilan 48 bulan (4 tahun) harus membayar sekitar 600 ribu per bulan.
Total untuk pembelian secara kredit setelah 4 tahun sekitar 30 juta uang yang
dikeluarkan. Termasuk uang muka dan angsuran sampai selesai.
Dengan nilai penyusutan (depresiasi) rata-rata 15% per tahun, harga motor
bebek honda vario tersebut nilainya menjadi:
·
7.3 juta setelah 4 tahun
·
6.2 juta setelah 5 tahun
·
sekitar 3 juta setelah 10 tahun
Jika membeli secara tunai, aset motor
bebek kita akan turun sebesar 80% dari nilai awal 14 juta setelah 10 tahun. Kemudian
jika kita membeli secara kredit, malah akan rugi berlipat-lipat. Bahkan bisa
minus jika dinilai dari sisi investasi. Akan jauh berbeda jika kita menahan
diri untuk tidak membeli motor baru secara cash, apalagi kredit.
Misalkan kita cukup dengan membeli
motor Supra bekas tahun 2000 awal seharga 3 juta kemudian uang 14 juta kita
belikan saham, maka 10 tahun kemudian, tentu akan berbeda dengan apa yang
terjadi kelak di kemudian hari.
Namun di sini banyak yang diuji dengan masalah gengsi.
Ilustrasi Investasi Bertumbuh
Pada saat tahun yang sama pembelian
motor bebek tahun 2009 di atas, harga saham BBRI pada tahun 2009 (Bank BRI)
rata-rata harganya 575 rupiah. Apabila kita mempunyai uang 14 juta, maka kita
akan memperoleh sekitar 24.347 lembar saham.
Pada tahun 2014 atau 5 tahun kemudian,
rata2 harga saham BBRI sekitar 2.100 rupiah. Dengan kepemilikan 24.347 lembar
saham, nilai aset kepemilikan perusahaan saham BBRI yg dimiliki menjadi sekitar
51 juta.
Lalu bagaimana dengan nilai aset kepemilikan saham BBRI di tahun 2019?
Harga saham BBRI per tanggal 30 Juni 2019 adalah 4.360 rupiah per lembar.
Dengan kepemilikan 24.347 lembar saham, aset saham anda menjadi senilai sekitar
106 juta.
Tentu saja itu semua terjadi jika anda
buy and hold (beli dan simpan), tanpa mengurangi aset saham anda sampai dengan
tahun 2019. Selain itu, anda juga mendapat dividend (bagi hasil
keuntungan) dan bisa ikut rapat umum pemegang saham (RUPS). Khan keren jadi
bagian pemilik bank BRI.
Jika dibandingkan motor yang anda beli
pada tahun 2009, dengan aset anda senilai 106 juta, anda bisa menjual aset
saham anda sekitar 15% dari kepemilikan saham anda, dan anda akan mendapatkan
sepeda motor baru. Motor dapat baru, aset kepemilikan perusahaan juga
punya.
Depresiasi Aset atau Investasi Bertumbuh?
Ilustrasi kejadian depresiasi aset dan
investasi bertumbuh di atas tentu tidak akan berlaku apabila kita juga salah
dalam memilih saham.
Lalu, bagaimana cara memilih saham yang tepat untuk investasi jangka panjang
agar aset kita bertumbuh?
Tunggu tulisan seri menabung saham
selanjutnya.
Kira-kira kapan?
Yang jelas tidak akan menunggu bang
thoyib pulang kok.
Oleh: Don Cuan
Seorang trader saham dan forex, investor saham, pemahat kata, pecandu rindu, penikmat kopi, dan pemburu senja. Dapat dihubungi melalui akun telegram: @sahamania.
0 Komentar